Friday, December 25, 2009

Jalan Damai Israel-Palestina

Konflik berkepanjangan Palestina dan Israel kembali memasuki babak baru. Laporan Richard Goldstone, perwakilan Hak asasi PBB, yang mengumpulkan laporan yang intinya membuka tabir kejahatan perang yang dilakukan oleh Isreal dan Hamas selama 3 minggu pada bulan Desember dan Januari lalu. Serangan ini berakhir dengan luka mendalam dipihak palestina, 1.419 dari total korban tersebut terdapat 1.167 "non combatants". Dipihak militer Israel mengeluarkan jumlah korban yang berbeda dengan 1.166 korban dan 60% dari mereka adalah pelaku teror. Sementara dipihak Israel hanya 11 korban.

Untuk memperkuat hasil laporan tersebut, 25 negara telah mengambil keputusan untuk mendukung sepenuhnya goldstone report ini, 6 negara lainnya menolak laporan tersebut, termasuk US, dan 11 abstain dan 5 lainnya menolak untuk mengambil keputusan. Apa yang istimewa dari laporan ini bagi saya adalah pengakuan dunia international terhadap kejahatan Israel, ini pertama kali dunia berkata 'tidak' terhadap segala tindak tanduk 'Israeli & Jews'. Namun tentu saja ini bukan pertanda damai sudah diambang pintu. Jalan masih sangat panjang bagi Palestina untuk menggapai keadilan. Sebagai masyarakat Indonesia, yang mayoritas muslim hendaknya pembelaan kita terhadap rakyat Palestina bukan karena sentimen agama melainkan pembelaan yang bersumber pada keadilan bukankah damai itu digapai kalau keadilan sudah ditegakkan. No Justice, No Peace! Dan perlu disadari Konflik ini bukanlah konflik agama.

Tentu saja laporan ini medapat perlawanan dari pihak Israel dengan mengklaim bahwa laporan ini berat sebelah, dan akan merusak proses damai dari konflik yang tak kunjung padam ini. Namun tentu kita harus bertanya proses damai yang Bangsa Israel maksudkan disini yang mana? Tidak ada proses damai karena memang Banga Israel yang bebal ini tidak ingin proses damai itu terjadi. Dan selama Bangsa Israel menduduki tanah Palestina maka damai itu tidak akan pernah ada, karena rakyat Palestina akan terus berjuang untuk menuntut keadilan.

Bagi mereka Israel ini adalah ‘Alien’ yang tidak memiliki hak hidup di tanah palestina. Lebih jauh Israel menuding PBB, bahwa lembaga ini telah mendukung teroris, dan bertindak nonkooperatif terhadap negara yang melindungi masyarakatnya dari serangan teroris.

Goldstone menjawab tudingan Israel ini dengan kepala dingin, dan meminta agar pihak Israel membaca laporannya secara seksama kemudian meminta mereka untuk melakukan eksaminasi terhadap laporan tersebut sebelum melontarkan tudingan yang nonsense. Laporan ini sama sekali tidak berpihak kepada siapa-siapa, laporan ini bersandar pada kenyataan lapangan dan dilakukan secara kredibel dan bertanggung jawab oleh mereka yang sama sekali tidak memiliki interest, melainkan keadilan sebagai tujuan akhir. Bukankah kedua pihak yang terlibat sama-sama mendapatkan porsi laporan masing-masing? Tudingan bahwa PBB bertindak nonkooperatif terhadap Israel tentu sangat picik dan bodoh karena PBB tidak pernah mengharamkan suatu negara untuk berjuang membela negaranya dari tindakan teroris, yang menjadi persoalan kalau negara yang bersangkutan mengatasnamakan “pembelaan” dengan melakukan kejahatan perang seperti pembantaian masyarakat ‘non combatant’. Dari 1.419 korban dipihak Palestina, pada bulan Desember dan Januari, hanya 252 dari mereka ‘combatant’ selainnya adalah masyarakat sipil. Ini saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa Israel memang melakukan tindakan kejahatan.

Tawaran solusi damai pun berdatangan, bagi sebagian orang solusi damainya adalah ‘one state solution’ artinya bangsa Israel yang didominasi oleh yahudi co-exist dengan warga palestina dan lainnya tetap pada pendirian ‘two-state solution’

5 comments:

  1. berbicara masalah israel-palestin tak akan ada habisnya,.. terlalu luas utk mengukur dan terlalu tinggi utk didaki,, namun tidak dengan demikian kita tidak coba mencari titik jelas persoal israel-palestin tersebut,,..
    saya teringat dengan pepatah arab kuno "laa takun rhathban fatuqshara, wa laa yaabisan fatukassara",.. "jangan menjadi terlalu lemah maka kamu akan diinjak-injak dan jangan pula terlalu keras maka kamu akan mudah dipatah". dari dualisme prinsip ini sy cenderung mendudukan palestina lemah menyikapi kejahatan perang israel,, bagaimana tidak? hal yang mungkin melatarbelakangi ini adalah data yang memuat bahwa 74% gaji PNS Palestine itu dibayarkan oleh Israel,, sehingga beberapa saat lalu saat pemilu presiden Palestine yang menghasilkan kemenangan dari kubu Hamas Israel kontan melakukan embargo ekonomi yang tentunya berakibat buruk terhadap administrasi kenegaraan Palestin,.. nah, perlu disadari bahwa perang yang selama ini terjadi antara Israel dan palestin pada hakikatnya adalah perang antara Israel dan Hamas,, seperti bahasa anda lalu elementary vs advance, siapa pemenangnya??? kalau saja Palestin mau bersatu saya sangsi Israel bisa mengobrak abrik negara mereka,,.. disinilah letak kecerdikan Israel, memanfaatkan perselisihan idealisme bahkan Ideologi dua kubu besar Palestine Hamas-Fatah,.. MENUTUP CELAH DAN BANGKIT UNTUK MELAWAN.. THAT IS IT.

    ReplyDelete
  2. Memang ada gejolak perpecahan di internal otorita Palestina, utamanya dari sisi 'competition for power domination' namun perpecahan semacam lumrah dan saya kira terjadi dimana-mana, di Zimbabwe antara partai Zanu PF dan MDC, di Iraq antara Sunni party and the Shiat representatives, and many others, tetapi ini tidak banyak singgung dipermukaan karena ini tentu internal otorita Palestina, yang menjadi titik pembahasan justru pada solusi2 realistis yang bisa ditawarkan sebagai 'obat mujarab' interventsi konflik yang berkepanjangan ini. Dari sisi perjuangan saya kira jelas kedua pihak ini bagai 'pinang tak terbelah' artinya Hamas-Fatah berjuang bersama demi satu tujuan, 'stop Israel occupation'. Namun memang kalau kita amati, -berdua mereka berjalan bersama, tetapi menempuh jalur perjuangan yang agak berbeda, Fatah lebih pada diplomasi dan Hamas lebih banyak mengirimkan sejumlah roketnya ke Israel. Kalau di Indonesia kita berkata 'torang semua basudara' kalau di Palestina mereka menyeru 'torang semua berjuang'. Jargon yang berbeda tetapi senada dalam tujuan, yaitu PEACE FOR ALL.

    Semoga ini menampar kesadaran kita dan membangunkan semangat Jihad atas segala ketidakadilan yang terjadi di Palestina dan sebagian negara Islam lainnya, dan mungkin saja ketidakadilan serupa satu saat akan bertengger di pekarangan anda, terhantur harapan saya buat Anda untuk 'BANGKIT DAN MELAWAN'.

    ReplyDelete
  3. "Li kulli daa'in dawaaun"_ "setiap penyakit pasti ada penawarnya". maka setiap permasalahan pasti ada solusinya.

    persoal konflik Israel-Palestin bermula dari konflik teritorial yang mempersoalkan wilayah kekuasaan dua bangsa yang hidup berdampingan,, Israel yang kini menduduki Gaza, West Bank dan Yerussalem Timur kini mulai melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah sekitarnya, bahkan ke wilayah Jordan, sampai saat ini data memuat telah hampir sekitar 72% wilayah Palestin ada dibawah kontrol Israel. sebagai negara yang berasas adalah sebuah keniscayaan bahwa Palestina murka jika wilayah kekuasaannya diambil oleh bangsa diaspora (bangsa yang tidak memiliki negara-ini perlu saya jelaskan agar tidak menimbulkan ambigu. ehem), walaupun pada dasarnya sebagian besar wilayah Palestina saat perjanjian penempatan Israel ke Palestina dibawah kekuasaan Turky Ustmani yang tentunya Turkey Ustmani punya kendali penuh akan wilayah-wilayah tersebut.

    Dari sedikit paparan diatas kiranya nampak celah untuk mencarikan titik-temu tema writing anda "JALAN DAMAI ISRAEL-PALESTINA" walau itu tak mudah namun setidaknya nampak gambaran pokok permasalah konflik berkepanjangan ini, hingga memungkinkan untuk mencari jalan keluarnya.

    MEMBERIKAN BATASAN-BATASAN WILAYAH KEDUA NEGARA DAN MENINDAK TEGAS SALAH SATUNYA JIKA COBA UNTUK MELANGGAR.

    Sekali lagi ini tidaklah mudah. better late than never. "Jarrib wa Laahizh takun 'aarifan".

    ReplyDelete
  4. Saya kira Batasan wilayah sudah sangat jelas, bukankah 'Dinding Ratapan' menjadi bukti bisu pemisah dua wilayah, namun tetap saja Bangsa Yahudi membangun 'istana-istana keangkuhannya' di wilayah Palestina. Ada sekitar setengah juta bangunan israel di kawasan Palestina dan beberapa bulan terakhir kembali Israel membangun 3.000 pemukiman Yahudi. Dengan adanya tekanan dari pihak Amerika mereka menghentikan pembangunan pemukiman baru, tetapi masih melanjutkan pembangunan yang telah sedang mereka kerjakan.

    Tawaran Anda cukup rasional tetapi sedikit menyimpang dari realitas yang ada sekarang, Palestina tidak hanya melanggar batas wilayah tetapi lebih dari itu merampas hak warga Israel dengan memberikan izin bagi warga Yahudi mendirikan bangunannya atau bahkan mengusir warga Palestina dari kediamannya, adakah bangsa Israel mendapatkan konsekuensi hukum dari tindakan ini? Dan kalaupun harus ditindak secara hukum siapakah yang dapat bertindak sebagai pengadil dari ketidakadilan ini?

    Bukankah selama ini dunia international hanya bisa mengutuk tindak tanduk bangsa yang angkuh dan sombong ini? Olehnya itu saya kira, tidak ada solusi yang paling bijaksana dari konflik ini kecuali warga palestina melanjutkan perjuangannya tatkala warga Israel terus menerus merampas hak-haknya sebagai ummat yang beradab. Saya mengucapkan selamat berjuang kepada mujahid-mujahid Palestina, dan seandainya saja ada tropi perdamaian yang lain dari apa yang didapatkan oleh Obama, maka layak dan sangat wajar kiranya tropi perdamain tersebut di berikan kepada warga Palestina yang sampai detik ini masih berjuang mempertahankan haknya demi keadilan tatkala seluruh dunia menutup mata akan perjuangan mereka, inilah pesan dibalik teriakan ‘No Justice, No Peace’, - kalau mau damai tegakkan dulu tiang-tiang keadilan. Ini mengandung arti bahwa damai itu menuntut keadilan.

    Jadi logika damai dari pertikaian yang tak berujung ini adalah kembalikan hak-hak warga palestina, dan hukum pelaku ketidakadilan ini, kemudian bersama memikirkan solusi damai dengan satu komitmen yang jelas ‘Stop Occupation’. Namun ironisnya, Israel menggunakan logika damai yang lain, bahkan mereka tidak menganggap dirinya sebagai ‘Occupying power’ tetapi ‘Claimant’, yang melebihi rakusnya ‘Tuan Takur’ ala India. Keadilan bagi warga Palestina adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi walau nyawa jadi taruhan. Keadilan bagi warga Palestina adalah keadilan terhadap manusia-manusia yang beradab, olehnya itu keprihatinan warga Palestina selayaknya menjadi keprihatinan kita semua. Lastly, "Better never than being oppressed"

    ReplyDelete
  5. itulah mengapa pada awal koment saya atas tulisan anda ini menyinggung kecenderungan lemahnya Palestine dan bahkan liga Arab terhadap kekejaman perang Israel. jika anda bertanya siapa yang akan menghukum Israel atas pendudukannya itu, maka jawabannya adalah semua bangsa di dunia yang mengutuk tindakan Israel itu, terlebih lagi Liga Arab sebagai persatuan negara-negara yang lebih berkedudukan dekat dengan peperangan tersebut.

    saya pikir inilah solusi alternatif yang mungkin lebih bijak dari semua tawaran yang mentah atas perlakuan ini.

    ReplyDelete