Saturday, June 5, 2010

Asa dan Realita

Setahun sudah kunjungan Obama ke Kairo berlalu, sebuah lawatan ditengah meregangnya hubungan Barat dengan negara Muslim. Sebuah usaha untuk menambal kekecewaan dan menghembuskan angin segar kepada negara muslim akan komitmen kedepan pemerintah US yang digawangi oleh Demokrat sejati. Didalam pidatonya, Obama mengingatkan dunia Barat untuk menghapus stereotype Islam dimata mereka demikian juga sebaliknya menasehati negara2 Islam untuk tidak menghembuskan ketelinga ummatnya imej2 yang mendeskreditkan negara Barat. Bahkan Obama menukil 4 ayat Al Qur’an dalam usahanya untuk menjembatani ‘kemesraan’ yang hampir hilang antara Barat dan negara Islam pada umumnya. Dibulan ini tahun yang lalu ada Asa yang coba dihadirkan oleh negara Barat di bawah perwakilan US. Asa yang lahir dari kebersamaan dan pengertian antara Barat terhadap Islam dan Islam terhadap Negara barat. Adakah harapan bersama itu diraih selama setahun ini?

Jawabannya tentu tidak! perang yang disponsori oleh US dan EU di beberapa negara Islam (Afghanistan, Pakistan, Yaman, dsb) pelarangan Burqa di Francis, diharamkannya pembangunan menara mesjid symbol keagungan dan keindahan arsitektur Islam di Swiss, dan tentunya perang antara Israel dan Palestina. Namun anehnya pada thn 2009 lalu Obama dianugerahi noble peace prize, dimana pada saat itu dia bahkan berpesan ‘legitimasi perang’ yang dia balut dengan bahasa ‘instruments of war do have a role to play in preserving the peace’. Sepanjang legitimasi perang ini selalu didengung-dengungkan oleh pemimpin dunia maka sepanjang itu pula damai damai dipermukaan bumi akan ‘malu’ menampakkan dirinya karena kelihatannya masyarakat manusia lebih menikmati perang demi sebuah ideologi industri persenjataan yang menguntungkan segelintir negara-negara barat. Saya bertanya-bertanya.. Bagaimana mungkin Commander in Chief dari sebuah negara yang terlibat perang 2 perang besar saat ini mendapat tanda kehormatan sepeti itu?

Tragedi kemanusiaan yang terjadi di atas kapal Mavi Marmara tak pelak lagi menambah keraguan saya akan niat tulus Amerika dalam membangun kebersamaan dengan negara2 muslim. Saya tidak dapat membayangkan tatkala negara Islam yang melakukan ‘pembajakan’ terhadap kapal kemanusiaan ini. Saya yakin betul perang terhadap negara muslim pasti dikumandangkan oleh Amerika dan sekutunya. Tetapi karena yang melakukan bukan dari golongan Islam, mereka tidak banyak membicarakannya bahkan melontarkan kata maaf saja mereka enggan. Inilah yang kita sebut dengan double standard negara Barat. Ini sejalan dengan logika Al-Quran: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sampai kamu mengikuti agama mereka."

Reaksi demi reaksi berdatangan terutama sekali dari negara Turki yang selama ini menjadi negara Islam yang berdiri dibelakang Israel, mengutuk tindakan ini serta memutuskan hubungan kerja sama baik militer maupun ekonomi. Europe juga bernada yang sama, menginginkan adanya investigasi independen atas kejadian ini. PBB menginisiasi pertemuan untuk diadakannya investigasi kejadian ini. Apakah semua ini akan berakhir dengan indah bagi panduduk palestina? Bagi saya ‘jauh panggang dari api’ Kalaupun penghapusan blokade ini dilakukan, hal ini tidak akan menjawab dan menyelesaikan konflik yang terjadi di salah satu dari tiga tempat suci ummat Islam di dunia ini. Akar konflik ini adalah perampasan hak-hak penduduk palestina oleh Yahudi, maka sepanjang restorasi hak-hak penduduk palestina ini tidak dilakukan sepanjang itu pula perjuangan mujahid-mujahid muda palestina tak akan pudar. Two state solution yang digembor-gemborkan oleh negara barat bagi saya justru akan menyengsarakan pihak palestina, bagaimana tidak! Israel telah menduduki lebih dari separuh Palestina tidak ada lagi yang tertinggal bagi mereka tanah, air, olive oil bahkan pemukiman mereka diluluhlantahkan oleh Iblis berwujud manusia ini.

Kemana hilangnya kejayaan ummat Islam sejak abad ke 9, kapankah ‘forgotten history’ tentang kejayaan peradaban Islam di Eropa itu kembali ditulis? Dimanakah kemegahan istana El-Hamra akan kembali didirikan, Siapakah yang akan mebangun lambang kekuasaan dan kejayaan peradaban islam seperti Madinat Az Zahra, atau mendirikan menara mesjid berarsitektur seindah Great Mosque of Cordoba. Kapankah terlahir kembali ilmuwan wanita muslim secerdas Al-Ijliya Al Astrulabi penemu Astrolabe yang menginspirasi pengembangan alat2 astronomi atau Seorang Ibnu Sina, dalam ilmu kedokteran? Atau Pionir Philisuf sekelas Ibn Rushd, yang telah mengantar Europa dari "Dark Ages" menjadi kiblat peradaban dunia.

Semoga Asa ini melahirkan realita di masa datang..Amin.

Salam
Washington, DC


Uri

No comments:

Post a Comment