Tuesday, May 11, 2010

The paradox of Justice and Mercy

Damai itu menuntut keadilan, pada saat yang bersamaan untuk berdamai kita butuh pengampunan demi memulai sesuatu yang baru. Dari persfektif damai dua konsep ini menghadirkan paradoks yang menarik.
Keadilan menuntut pengembalian hak kepada pemiliknya, serta memperbaiki kesalahan tanpa menanggalkan konsekuensi terhadap perbuatan pelaku pelanggaran. Memberi ampun disisi yang lain melibatkan rasa kasihan kepada pelaku, memberi ruang ‘manusiawi’ dalam setiap tindak tanduk perbuatan seseorang.
Pernah suatu ketika saya mengunjungi sebuah penjara di Charlottesville, Virginia untuk melakukan wawancara kepada napi, pernah sekali seorang Napi berkata kepada kami ‘…yang membedakan saya (sebagai napi) dan anda adalah bahwa saya tertangkap oleh polisi terhadap kejahatan yang saya lakukan sedangkan Anda tidak..’ ini memberi isyarat bahwa kita selama masih menganggap diri kita manusia pasti kita akan melakukan kesalahan. To err is human.
Kedua energi saling bersinggungan satu dengan yang lain. Namun Uniknya, damai mengajarkan kita untuk menggengam kedua energi ini, dengan kata lain menegakkan keadilan dengan tetap mengindahkan rasa hormat terhadap pelaku dan membuka pintu maaf bahkan sebelum si pelaku mengetuk pintu maaf itu. Hukumlah pelaku sebagai konsekuensi perbuatannya tapi maafkanlah dia atas segala kelalaiannya, untuk membuka lembaran yang baru. PEACE = JUSTICE + MERCY. Dengan demikian Insya Allah damai bersama kita, dan bersama kita damai.

Salam
Shenandoah Valley


Uri

No comments:

Post a Comment